LEOPOLD DAN CALVYN : INI JELAS TELAH MENCIDERAI NILAI KEIMANAN KRISTEN.
swaramanadonews.com _ NUSA UTARA.
Publik Sangihe dikejutkan dengan beredarnya postingan diaplikasi MEDSOS FB yang diupload oleh akun FB " Ritwan TP " yang mana dalam postingannya, nampak ada gambar contoh pakaian toga CAPEN hasil pengadaan pihak Sinode GMIST, yang terlihat asal jadi karena ukuran pakaian toganya panjang sebelah. Selain itu, menurut keterangan salah seorang Pendeta, bahan kain yang dipakai super tipis yang apabila dipakai dan tanpa mengenakan dalaman, akan kelihatan seperti transparan. Referansi keterangan tambahan selain keterangan sang pendeta, pengakuan yang turut mendukung juga disuarakan oleh dua orang vikaris calon pendeta yang meminta agar identitasnya dirahasiakan. Mereka mengaku bahwa jahitan pakaian toga tidak rapi bahkan terkesan asal jadi mungkin karena kejar target. Modelnya seperti pakaian ibu hamil yang dirasa tak nyaman saat dipakai. Hasil jadinya pun, lebih menyedihkan karena panjang sebelah. Singkat kata, tidak enak dan tidak enak dipakailah.
Ketua MPJ GMIST Patmos Tahuna, Pdt. Leopold Tamalawe, S.Th,. M.Pd.K, saat diwawancarai, mengungkapkan bahwa perihal pengadaan toga bagi para vikaris atau calon pendeta itu harus mengandung nilai - nilai teologis keimanan Kristen yang didalamnya harus ada unsur kejujuran dan ketulusan.
" toga itu merupakan pakaian liturgis pendeta yang sarat dengan nilai - nilai Teologis dan kegerejaan didalamnya. Dalam artinya bahwa toga itu bukan hanya sekedar pakaian uniform kebesaran pendeta tapi toga itu merupakan simbol kehadiran ALLAH dan perjumpaan ALLAH dengan manusia. Dengan demikian, pengadaan toga pun seharusnya mengandung nilai teologis, yakni ada nya unsur kejujuran dan ketulusan. " ungkap sang pendeta.
Lebih lanjut, pendeta yang dikenal murah senyum dan akrab di Pdt. Leo atau Ka Leo, mengungkapkan bahwa dalam hal pengadaan toga tersebut, dirinya mencium ada dugaan usaha memperkaya diri sendiri dalam artian ada oknum - oknum di pihak Sinode yang mencari keuntungan dari pengadaan toga yang menciderai nilai - nilai keimanan.
" saya mendapat info bahwa satu vikaris menyetor uang toga sebesar Rp. 2.500.000,- hitam dan untuk toga pituh dengan harga sama yakni Rp. 2.500.000,- . Jadi, total yang disetor setiap vikaris ke bagian pengadaan toga di Sinode GMIST sejumlah Rp. 5.000.000,-. Nah, untuk satu toga pihak pengadaan toga di Sinode GMIST, mendapat Rp. 500.00 dikalikan 2 toga, menjadi 1 juta per satu vikaris dikali jumlah vikaris yang akan diteguhkan sebanyak 128 orang = 128 juta rupiah. Belum lagi, dalam setiap 10 toga, sebagai bonus mendapat 1 toga GRATIS. Ini berarti, ada 25 TOGA GRATIS dengan nominal biaya sejumlah Rp.62.500.000,- yang tidak terbayar karena GRATIS, disementara uang yang disetor oleh para vikaris ke pihak pengelola pengadaan toga di Sinode GMIST itu UTUH sebesar 1 juta rupiah untuk 2 toga hitam dan putih. Seterusnya, jika digabungkan atau ditambahkan antara keuntungan yang diperoleh dari potongan 1 juta per 2 toga untuk per 1 orang vikaris, akan didapat keuntungan sejumlah 128 juta rupiah ditambah dengan selisih ongkos jahit gratis sebesar Rp. 62.500.000,- sehingga totak keseluruhan keuntungan yang didapat dari pengadaan toga mencapai Rp. 190.500.000,-. Perihal ini, menurut saya pribadi sangat memalukan dan menciderai nilai - nilai keimanan. Nah, pertanyaan kita sekarang, dikemanakan uang itu oleh pihak pengadaan toga Sinode GMIST ?
Dan mengapa serta dasar hukum mana yang mengamanatkan sampai pengadaan toga harus diambil alih oleh pihak Sinode GMIST ? " ungkap Pendeta Leo yang ditutup dengan sebaris kalimat tanya yang tentu harus bisa dijawab oleh Ketua Sinode GMIST selaku pemimpin sekaligus penanggungjawab umum Sinode GMIST.
Ditempat terpisah, Penyuluh Agama Ahli Madya Kementerian Agama Kabupaten Kepulauan Sangihe, Pdt. Calvyn Taunaumang, S.Th., M.Pd.K, saat cakap - cakap dirumah kediamannnya mengatakan bahwa terkait pengadaan toga ini, ia mensinyalir ada upaya untuk meraup keuntungan pribadi beberapa oknum pengelola atau pengadaan yang ada di Sinode GMIST.
" pada prinsipnya saya pribadi setuju - setuju saja jika pengadaan toga itu diambil alih atau difasilitasi oleh pihak Sinode GMIST, namun agar tidak menimbulkan pertanyaan, masalah maupun kecurigaan serta gosip liar dikalangan jemaat dikemudian hari, seharusnya ada transparansi dalam pengelolaannya. Tapi, jika sebaliknya, pengadaan toga ini menjadi persoalan yang sangat memalukan dan mencoreng marwah Sinode serta nilai keimanan kita, maka lebih baik dikembalikan masing - masing jemaat saja seperti sistem yang sebelumnya. " kata Pdt. Calvyn.
" terkait dengan kabar miring yang sudah menjadi perguncingan dikalangan jemaat, hal ini tentunya sangat tidak wajar dan sangat menyayangkan jika hal ini dilakukan oleh seorang hamba TUHAN yang mencoreng nama baik Sinode GMIST. Kenapa ini bisa terjadi, karena Sinode memposisikan diri sebagai " tuan " bukan sebagai " hamba " . Sebab, jika Sinode GMIST memposisikan diri sebagai " tuan " maka warna yang akan nampak dalam pelayanan serta pelaksanaan tugas lain termasuk pengambilan keputusan itu, akan lebih cenderung otoriter dan semau gue. " tegas Calvyn.
Mendengar kabar tak sedap ini, tak ayal memancing reaksi salah seorang pelayan TUHAN, anggota jemaat GMIST Galilea Tapuang, Pnt. Frangky Supit, SH.
" dari aspek hukum ini sudah masuk kategori korupsi karena mencari keuntungan, dari yang seharusnya dibayar sejumlah Rp. 2.500.000,- yang kemudian dipotong Rp. 500.000,- Syukurlah jika keuntungan itu masuk ke kas Sinode GMIST, tapi, jika tidak, bukankah keuntungannya masuk ke kantong sendiri atau masuk kemana, kita juga kan tidak tahu - menahu, endingnya kemana keuntungan itu dan dipakai untuk apa. Padahal diluar itu kan pihak yang melakukan pengadaan toga yang ada di Sinode GMIST, sudah dapat bonus dalam 10 toga, 1 tiga gratis. Ini jelas sudah melanggar sebab pengadaan toga sudah bukan dijadikan wadah pelayanan tapi wadah untuk mencari keuntungan uang atau ladang bisnislah. Lantas, dimanakah konsep kasih yang selalu digaung - gaungkan oleh para pendeta GMIST termasuk tentunya para pendeta yang ada di Sinode juga. " ucap Ketua Pemuda Pancasila Kabupaten Sangihe.
Menjawab via telp di nomor : 0813 8218 xxxx, terkait persoalan pengadaan toga, Ketua Sinode GMIST, Pdt. Dr. Welman Boba, itu semua tidaklah benar dan hanya fitnah.
" hal itu, tidaklah benar adanya karena saya sebelumnya memanggil dan menanyakan ke bidang yang menangani pengadaan toga ini. Jadi, itu tidak benar dan hanya fitnah. Justru, perlu diketahui, bahwa ada banyak orang yang senang memancing diair keruh, yang ingin melemahkan Sinode GMIST. Mereka mau pakai intrik - intrik politik dan putar - putar cerita. Sekali lagi, tidak benar jika gereja itu berbisnis. " jawab Pak Ketua Sinode GMIST, singkat , padat dan jelas.
Arya _ 173