Manado - Gubernur Sulawesi Utara, Yulius Selvanus, dan istri tercinta, Anik Wandriani, mengawali hari dengan penuh kerendahan hati di hadapan Tuhan. Bukan di ruang kerja atau podium resmi, melainkan di tengah lantunan pujian dan doa jemaat GMIM Petra Sario Tumpaan, Manado, mereka merasakan kebersamaan sejati.
Berbaur dengan ratusan umat, pasangan Gubernur ini menyatu dalam suasana penuh kekeluargaan. Bagi mereka, ini bukan sekadar rutinitas, melainkan waktu untuk menimba kekuatan guna melayani masyarakat. Ungkapan ini bukan retorika, melainkan ungkapan tulus dari hati seorang pemimpin.
Kesederhanaan Gubernur dan istrinya menyentuh hati banyak jemaat. Di mata Tuhan, mereka semua sama: hamba-Nya yang merindukan kedamaian. Kehadiran mereka bagaikan embun pagi, menyejukkan hati yang lelah.
Usai ibadah, Pendeta, pelayan, dan jemaat bergantian menyalami pasangan Gubernur. Bukan sekadar jabat tangan formal, melainkan pelukan hangat, tawa, dan doa yang saling menguatkan. Tanpa ragu, Yulius dan Anik duduk dan berdiri di lantai gereja, seolah berkata, "Kami bagian dari kalian."
"Tuhan Yesus memberkati torang samua," ucap Yulius dalam bahasa Manado, ungkapan yang diunggah di media sosial Facebook-nya. Kunjungan ini bukan sekadar agenda seremonial, melainkan cermin kepemimpinan yang merendah. Kekuasaan tak butuh panggung megah, melainkan kehadiran yang tulus.
Di gereja sederhana itu, Yulius mengajarkan bahwa pemimpin sejati tak pernah lupa akarnya, selalu berjalan beriringan dengan rakyat dalam suka dan duka. Senyum Yulius dan Anik dalam foto bersama jemaat menjadi bukti kebahagiaan sejati: saat penguasa dan rakyat duduk sejajar. Di mata Tuhan, mereka semua adalah saudara. Itulah pelajaran hidup yang lebih bermakna daripada pidato kenegaraan.
