Manado – Di tengah kepungan lumpur dan reruntuhan pasca bencana, sebuah cahaya harapan menyinari wajah-wajah lelah para pengungsi di Kubur Cina, Paal Dua. Bukan hanya bantuan materiil yang datang, tetapi juga sentuhan empati dan kepedulian yang nyata dari seorang pemimpin gereja.
Ketua Badan Pekerja Majelis Sinode (BPMS) GMIM, Pdt. Hein Arina, Th.D, tak hanya menyerahkan bantuan kepada Jemaat GMIM Efrata Paal Dua, tetapi juga meluangkan waktu untuk mengunjungi dan membantu langsung para pengungsi yang mengungsi di kawasan Kubur Cina. Langkah kaki beliau menapaki jalanan yang masih berlumpur, membawa pesan kasih dan harapan di tengah kepedihan.
Di lokasi pengungsian yang sederhana, Pdt. Arina tak hanya memberikan dukungan moral, namun juga memastikan kebutuhan dasar para pengungsi terpenuhi. Bersama Yayasan Medika yang dipimpin oleh Ketua Pdt. John Slat, dan rumah sakit-rumah sakit GMIM, layanan kesehatan langsung diberikan di lokasi. Pemeriksaan kesehatan menyeluruh dilakukan untuk memantau kondisi kesehatan para pengungsi, memastikan mereka mendapatkan perawatan yang dibutuhkan di tengah situasi darurat.
"Kami datang bukan hanya untuk memberikan bantuan, tetapi juga untuk memastikan masyarakat mendapatkan pelayanan kesehatan yang mereka butuhkan, terutama di masa sulit seperti ini," ungkap Pdt. Arina dengan penuh empati.
Kunjungan tersebut disambut hangat oleh para pengungsi. Kehadiran Pdt. Arina dan timnya memberikan semangat baru dan rasa diperhatikan di tengah keputusasaan. Kordinator Bidang HKS (Humas, Kesehatan, dan Sosial) Pdt. Meitha B.A Maliangkay, S.T.H, juga turut hadir untuk memastikan kelancaran pelayanan.
Kunjungan ini menjadi bukti nyata komitmen GMIM untuk selalu hadir di tengah masyarakat, khususnya dalam situasi darurat. Lebih dari sekadar bantuan, kunjungan ini menyiratkan pesan kuat tentang kepedulian dan solidaritas yang mampu memberikan kekuatan dan harapan bagi mereka yang membutuhkan.