SMNC - Di tengah malam yang sunyi, saat desiran angin sepoi-sepoi mengiringi tidur warga Bintauna, Kabupaten Bolaang Mongondow Utara (Bolmut), rombongan Yayasan Kanker Anak Pejuang Hebat (YKAPH) Sulawesi Utara (Sulut) bertaruh nyawa untuk menjalankan misi kemanusiaan mereka.
Perjalanan panjang yang mereka tempuh bukanlah perjalanan biasa. Mereka mempertaruhkan nyawa di jalanan berliku dan cuaca tak menentu demi satu tujuan mulia: menyelamatkan nyawa anak-anak dari cengkeraman kanker.
Sosialisasi dan edukasi yang digelar YKAPH di Kecamatan Bintauna bukan sekadar acara formal. Ini adalah pertemuan yang menyentuh relung hati, mengingatkan kita betapa berharganya hidup dan pentingnya kepedulian terhadap sesama. Di balik senyum dan sapaan hangat, ada cerita perjuangan yang membuat siapa pun yang mendengarnya terharu.
Ketua YKAPH, Henny Tjiptamaya, yang akrab disapa Bunda Henny, tak bisa menyembunyikan kegembiraannya. Dengan suara bergetar, ia mengungkapkan rasa syukurnya atas keberhasilan acara tersebut.
"Semua ini terjadi karena campur tangan Tuhan. Terima kasih kepada pemerintah, khususnya Bapak Camat dan Ibu Camat, serta seluruh anggota PKK Kecamatan Bintauna yang begitu antusias menyambut kami. Acara ini bukan hanya sekadar sosialisasi, tapi juga upaya kami untuk membantu mendeteksi kanker pada anak sedini mungkin," ujarnya, matanya berkaca-kaca.
Bunda Henny bukanlah sosok asing di Bintauna. Puluhan tahun silam, ia pernah tinggal di kecamatan ini, mendampingi suaminya yang bertugas sebagai dokter di Puskesmas Bintauna. Kembalinya ke Bintauna kali ini bukan hanya untuk menjalankan misi kemanusiaan, tetapi juga untuk melepas rindu.
"Senang sekali bisa berkumpul kembali, walau hanya sebentar, dengan para perawat Puskesmas Bintauna tahun delapan puluhan, serta guru-guru anak saya. Ini seperti reuni yang mengharukan bagi saya," tuturnya sambil tersenyum lembut.
Perjalanan panjang yang ia tempuh bersama tim YKAPH tidaklah mudah. Mereka harus menghadapi risiko perjalanan yang berliku dan cuaca yang tak menentu. Namun, semua itu tak menyurutkan semangat mereka.
"Kami tiba di rumah jam satu tengah malam, tapi saya bersyukur bisa sampai dengan selamat. Ini semua demi anak-anak, demi masa depan mereka," ucap Bunda Henny dengan suara lirih, namun penuh tekad.
Acara sosialisasi dan edukasi yang digelar YKAPH bukan sekadar memberikan informasi, tetapi juga memberikan harapan bagi para orang tua yang mungkin selama ini tidak menyadari gejala kanker pada anak mereka. Bunda Henny berharap, melalui kegiatan ini, semakin banyak orang yang memahami pentingnya deteksi dini kanker pada anak.
"Semoga kami bisa bertemu lagi di lain waktu. Kiranya semakin banyak yang mengenal gejala kanker pada anak, dan pengobatan yang akan kami bantu melalui Yayasan Kanker Anak Pejuang Hebat Sulawesi Utara," ujarnya penuh harap.
Di akhir acara, Bunda Henny mengucapkan doa yang menyentuh hati bagi semua yang hadir. "Tuhan berkati torang samua. Sehat selalu dan dalam lindungan Tuhan," tandasnya dengan suara yang penuh kehangatan.
Doa itu bukan hanya sekadar kata-kata, tetapi juga sebuah harapan yang tulus dari seorang pejuang yang telah mendedikasikan hidupnya untuk membantu anak-anak penderita kanker.
Sosialisasi dan edukasi YKAPH di Bintauna bukan hanya meninggalkan kesan mendalam bagi warga setempat, tetapi juga mengingatkan kita semua bahwa di balik setiap perjuangan, ada harapan yang tak pernah padam. Dan di balik setiap air mata, ada senyuman yang menunggu untuk diukir.
Dari perjuangan Bunda Henny, banyak pelajaran yang bisa kita petik. Berapa banyak lagi anak-anak di luar sana yang membutuhkan bantuan kita? Berapa banyak lagi keluarga yang menangis dalam diam, menunggu uluran tangan kita?
Mungkin, inilah saatnya kita bergerak, karena setiap nyawa yang terselamatkan adalah sebuah cerita indah yang layak untuk diperjuangkan.
Sekadar diketahui, sosialisasi dan edukasi ini diikuti oleh puluhan peserta.