Para korban yang mengalami kerusakan ini mengaku, mereka mengisi BBM di sejumlah Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) yang tersebar di berbagai daerah Sulut. Seiring dengan semakin banyaknya laporan, dugaan muncul bahwa campuran air dan kotoran dalam bahan bakar tersebut menjadi penyebab utama kerusakan motor-motor tersebut. Bahkan, sejumlah bukti berupa foto dan video yang memperlihatkan endapan air dan kotoran dalam tangki BBM kini beredar luas di media sosial, memperparah kekhawatiran masyarakat.
Namun, yang membuat masyarakat semakin kecewa adalah sikap Hiswana Migas, asosiasi yang menaungi perusahaan BBM. Meski keluhan-keluhan ini sudah disampaikan melalui berbagai saluran komunikasi, hingga kini belum ada respons resmi atau langkah nyata dari Hiswana Migas untuk menangani masalah tersebut. Ketidakjelasan dan kelambanan dari asosiasi ini semakin memicu kemarahan para pengguna motor yang merasa dirugikan.
Kemarahan semakin meluas di dunia maya. Netizen dengan cepat menggunakan tagar #BBMTercemar dan #HiswanaMigasBertanggungJawab, mendesak Hiswana Migas untuk memberikan penjelasan yang jelas dan segera bertanggung jawab atas kerugian yang dialami oleh para pemilik motor. Tak sedikit dari mereka yang juga menyerukan agar pemerintah turun tangan dan melakukan investigasi mendalam terhadap kualitas BBM yang beredar.
Hingga berita ini diturunkan, Hiswana Migas masih belum memberikan pernyataan resmi terkait masalah ini. Keheningan tersebut justru memperkuat kecurigaan publik dan menambah tekanan agar asosiasi tersebut segera mengambil tindakan. Nasib ribuan pengguna motor yang dirugikan masih menggantung, menunggu kepastian dan solusi dari pihak terkait.