.jpg)
Manado – Apa jadinya jika sebuah bank kebanggaan daerah diduga menyimpan bara dalam sekam? Itulah yang kini mengguncang jagat keuangan Sulawesi Utara. Seorang praktisi perbankan ternama, Naftali Poae, SH, M.Kn, membuat langkah mengejutkan—ia resmi melaporkan dugaan penyimpangan di tubuh Bank SulutGo (BSG) ke tiga institusi sekaligus: Kejaksaan Tinggi Sulut, Polda Sulut, dan OJK.
Langkah ini bukan gertakan. Naftali datang dengan bukti, data, dan niat untuk mengungkap sesuatu yang menurutnya mengancam kepentingan publik dan stabilitas ekonomi daerah. Tak butuh waktu lama, kabar ini menyebar cepat dan menjadi pembicaraan hangat dari ruang rapat hingga meja warung kopi.
"Ini bukan sekadar kritik," kata Naftali dengan wajah serius, "ini adalah tuntutan moral atas tanggung jawab publik yang selama ini diabaikan."
Seorang pengamat ekonomi Sulawesi Utara bahkan ikut bersuara lantang. Ia menantang Direksi BSG tampil dalam podcast atau forum terbuka—tanpa sensor, tanpa naskah siap baca—untuk menjelaskan kondisi sebenarnya di balik layar bank daerah itu.
"Kalau memang bersih, kenapa takut transparan? Bukalah data, bukalah angka. Ini bukan hanya soal uang—ini soal kepercayaan rakyat Sulut dan Gorontalo!" serunya.
Tantangan ini menggema luas dan menjadi semacam ultimatum moral. Publik kini menanti: Akankah Direksi BSG menyambut tantangan terbuka itu, atau memilih diam dalam sunyi?
Di tengah riuhnya isu ini, muncul pertanyaan yang mengusik: Apakah ada yang disembunyikan? Sejauh mana kerusakan ini merambat? Dan siapa yang akan bertanggung jawab jika badai benar-benar datang?
Satu hal pasti, badai telah mulai berhembus, dan tirai telah terbuka.
Hingga berita ini di naikkan belum ada tanggapan dari pihak Bank Sulut-Go
.jpg)
